Langsung ke konten utama

Memaafkan, Hal Sulit yang Mendamaikan

Manusia memang tidak ada yang sempurna. Setiap manusia sudah pasti melakukan kesalahan. Tidak ada manusia yang luput dari dosa. Dan setiap manusia sudah pasti pula memiliki hati nurani baik untuk meminta maaf ataupun memaafkan kesalahan orang lain.

Maaf. Satu kata yang kita katakan kepada orang lain setiap kali kita melakukan tindakan buruk. Maaf berarti mengaku salah. Meminta maaf bukan berarti mengakui kekalahan, tapi mengakui kesalahan.

Akan tetapi, meminta maaf bukanlah perkara mudah lho, kawan. Memohon maaf tidak semudah mengatakannya. Orang-orang yang mengucap kata maaf harus berbesar hati untuk mengeluarkan sepatah kata yang sangat bermakna tersebut. Terdengar sepele, tetapi memberi efek yang sangat dahsyat. Bagaimana tidak? Kedua belah pihak, yang merasa dirugikan dan merugikan sudah pasti menyiapkan diri dan hati untuk bisa meminta maaf dan menerima maaf.

Kita seringkali lalai dalam setiap hal yang kita lalui dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, meskipun tanpa sengaja, kita mengeluarkan kalimat yang menyinggung lawan bicara kita. Terkadang kita melakukan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa dirugikan. Terkadang kita melakukan sesuatu yang meskipun bermaksud baik, tetapi tanpa sadar justru menimbulkan hal yang tidak kita inginkan. Membuat orang lain menjadi sungkan, enggan, atau bahkan membenci kita. Maka dari itu, interospeksi diri sangat diperlukan. Mengevaluasi diri apakah selama ini setiap kali ucapan, tindakan dan perbuatan kita melukai orang lain atau tidak.

Nah, banyak kasus di sekeliling kita yang timbul karena hal kecil yang terdengar ringan, tapi mampu membuat dua orang yang tadinya sangat dekat, menjadi sangat renggang. Parahnya lagi, tidak ada yang mau mengakui kesalahan mereka. Mereka merasa sama-sama benar. Mereka sama-sama merasa berada di pihak korban. Ego mereka sama-sama besar bahkan untuk sekedar menyapa dan menyelesaikan duduk perkara sehingga mereka terus terjebak dalam sebuah hubungan yang dipenuhi aura permusuhan.

Tahu nggak sih, orang yang berada dalam keadaan bermusuhan, sudah tentu memikirkan hal-hal negatif dan penuh dengan prasangka. Meskipun dirinya sudah mengetahui bahwa sebagian besar prasangka adalah dosa, akalnya seakan menutup akses dirinya untuk berpikir positif.

Permusuhan membawa begitu banyak mudharat bagi kita. Membawa semakin banyak kerugian bagi diri kita. Merenggangkan hubungan silaturahim, membuat pikiran dipenuhi prasangka, hati tidak tenang, fokus pun sedikit hilang dan kurang. Ternyata, begitu besar akibat yang ditimbulkan hanya karena sulitnya seseorang untuk meminta maaf.

Dalam hal ini, bukan lagi siapa yang salah dan siapa yang benar. Bukan mengenai siapa yang kalah dan siapa yang menang. Tetapi memulai untuk meminta maaf itulah hal luar biasa yang bisa kita lakukan. Memulai tidaklah mudah, kawan. Seseorang harus benar-benar mempersiapkan diri secara lahir dan batin, berbesar hati dan mengusir sedikit egonya demi memperbaiki kondisi hubungan dengatn orang lain yang tengah rusak.

Terkadang, kata maaf tidaklah cukup mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi, setidaknya kita sudah berusaha, bukan? Kita sudah mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Mencoba berdamai dengan hati kita sendiri, dan mencoba berdamai dengan orang lain.

Langkah terbaik yang harus kita lalukan setelah meminta maaf adalah memperbaiki diri. Menelaah diri lebih dalam dan berusaha untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Berpikir dahulu sebelum berbicara ataupun bertinda supaya tidak merugikan.

So, sudahkah kalian meminta maaf kepada orang di sekeliling kita? Mulailah dengan kata yang lembut. Meminta maaf tidak bisa diucapkan dengan nada yang kasar dan ketus. Orang lain akan merasa bahwa kita tidak tulus untuk meminta maaf. Turunkan sedikit ego kalian dan rasakan bagaimana perasaan kalian berdamai dengan semuanya. Insya Allah, tenang.

Salam hangat,
Kookievra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tingkatkan Minat Baca di #HariBukuSedunia

Buku apa yang sedang kalian baca?  Membaca adalah jendela dunia. Pepatah tersebut seringkali kita dengar. Jendela dunia di sini tidak diartikan secara harfiah. Maksudnya, dengan membaca kita dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia tanpa harus benar-benar pergi mengelilingi dunia. Berbagai media menjadi sarana untuk membaca seperti media cetak dan elektronik. Yang paling umum kita jumpai tentu saja buku. Rangkaian halaman penuh informasi yang dikumpulkan menjadi satu tersebut masih menjadi media paling utama bagi kita untuk mencari ilmu maupun sekedar hiburan semata. Menariknya, di zaman modern seperti sekarang, membaca buku bisa dilakukan dimana saja dan dalam bentuk yang lebih variatif. Berkat kemajuan teknologi, kita bisa membaca buku melalui perangkat elektronik seperti handphone  dan komputer. Dalam hal ini, buku dikemas dalam bentuk kumpulan halaman digital dengan berbagai macam ekstensi. Diantaranya yang paling sering digunakan seperti pdf, txt, epub, dan lain ...